Udara panas yang dirasakan di wilayah Pantai Utara khususnya Kota Tegal saat ini diperkirakan akibat dampak langsung dari pemanasan global. Hal ini diketahui berdasarkan ukuran suhu yang tak sesuai dengan kondisi udara yang dirasakan oleh masyarakat Pantura.
“Hawa panas yang dirasakan masayarakat saat ini tak sesuai suhu udara yang terpantau dari AWS (Automatik Weather Station) dan pengkuran secara manual, yang menunjukan suhu udara masih dalam batas normal yakni kurang dari 35 drajat celcius,” ujar Prakirawan Badan Meterologi dan Geofisika Tegal Kaharudin, saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (26/3) kemarin.
Menurut dia, indikasi ini menunjukan adanya unsur yang tidak imbang antara suhu udara yang dirasakan oleh masyarakat dengan ukuran yang terpantau di instansinya. Hal ini membuktikan kebenaran adanya indikasi permukaan bumi yang panas akibat gelombang pancar sinar matahari yang tak bisa terpantul kembali ke atmosfer.
“Ini akibat pencemaan melalui udara yang menimbulkan rumah kaca atau green house effect, sehingga pancaran sinar matahari yang seharusnya terpantul kembali terhadang di udara dan menghantam ke bumi,” ujar Kaharudin menambahkan.
Ia mengaku, terbentuknya rumah kaca atau green house effect ini akibat dari polusi sisa pembakaran mesin bermotor dan sejumlah industri di sepanjang pantai utara. “Apalagi Tegal ini daerah padat, sebagai pertemuan tiga arus lalu lintas dari arah barat, timur dan selatan menuju Jogja dan sekitarnya,” katanya.
Kondisi ini dibenarkan oleh Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kota Tegal Sugeng Suwaryo yang mengaku polusi udara di seumlah wiyalah Kota Tegal sudah melebihi ambang batas. “Itu hasil penelitia pada 12 titik pada tahun 2009 lalu,” ujar Sugeng saat dimintai komentar di kantornya siang tadi.
( Susanti Retno / CN14 )
Sumber:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/03/27/50329/Polusi-Udara-Kota-Tegal-Pengaruhi-Pemanasan-Global#
27 Maret 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar